Gue adalah seorang introvert. Oke, oke, oke. Dulu gue nganggep diri gue sebagai orang yang ekstrovert, seperti halnya kalian. Untuk lebih tepatnya, gue pikir gue harus menjadi ekstrovert. Buat beberapa alasan, "ekstrovert" cenderung lebih populer dan selalu dikaitin sama karakter "baik", kayak ceria, banyak ngomong, energik, dan antusias.

Terus gimana dengan introvert? Kesendirian, nggak ramah, dan acuh tak acuh. Ugh! Siapa yang nggak pengin punya karakter yang "baik"? Siapa yang nggak pengin jadi baik?

Jadi gue mencoba buat bersosialisasi dan bergabung dengan semua jenis kegiatan, berharap gue bisa cocok. Jadi gue aktif bersosialisasi, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pesta, dan berusaha buat berintegrasi ke dalam kelompok.

Dengan cara ini, gue bisa menjadi lebih ekstrovert, dan menjadi orang yang baik, gue berusaha keras dan keliatan hebat. Semua teman dan kolega gue mencintai gue dan gue dianggap ramah. Tapi, gue selalu ngerasain sesuatu yang aneh. Ketika gue pulang larut malam dari sebuah pesta di mana gue hampir nggak ngenal siapa pun, musik dan suara dari kerumunan terus melayang di kepala gue. Seluruh dunia tampaknya nggak nyata dan gue ngerasa kayak hidup dalam ilusi.

Beberapa jenis kelelahan dan kelelahan selalu bersama gue yang gue nggak bisa singkirin. Apa yang salah? Gue nggak bisa tahu itu. Butuh beberapa saat buat gue untuk semua ini adalah informasi sosial. Introvert dan ekstrovert memproses informasi secara berbeda.

Katie, sebagai seorang ekstrovert pandai menerima sejumlah besar informasi sosial sekaligus. Itu sebabnya dia ngerasa nyaman dan unggul dalam situasi yang penuh sesak. Sementara si Ethan, seorang introvert yang menjadi nggak nyaman di hadapan sejumlah besar informasi sosial meskipun ia super pinter. Jadi semakin ramai kesempatan itu, semakin tenang dia jadinya. Dia menyaring informasi sosial yang berlebihan dengan bersembunyi di sudut. Di sisi lain, ia mahir nganalisis sepotong informasi secara mendalam. Sehingga dia bisa memiliki percakapan yang langgeng dengan salah satu temannya dengan fokus yang lebih baik dan perhatian lebih pada bagaimana perasaan Lo. Dia juga bisa bersemangat seperti apa yang dirasakan orang ekstrovert di pesta yang ramai. Perbedaan lainnya adalah gimana mereka mengkonsumsi dan mengisi energi. Sendirian akan nguras energi ekstrovert dan mereka akan ngisi ulang dengan bersosialisasi.

Selesai! Gue belum tidur nyenyak atau berbicara dengan siapa pun selama sepuluh hari hanya untuk makalah yang mengerikan ini. Temen-Temen! Para Pihak! Gue dateng! En... Gue hidup kembali. Tetapi bagi para introvert, bersosialisasi dengan mudah dapet nguras energi mereka. Mereka bakal ngisi ulang dengan tetep sendirian - Presentasi tanpa akhir, pembicaraan tanpa akhir dengan keluarga-keluarga gue waktu lebaran, itu emang asik, tapi, Gue perlu tinggal di rumah sendirian selama sepuluh hari! Nggak ada yang bisa ngganggu gue! Kecuali jika dia manggil. Ini semua perbedaan antara ekstrovert dan introvert.

Karena itu, gue seorang introvert sejati. Menjadi seorang introvert bukan berarti gue semacem orang aneh yang menyendiri. Gue punya temen-temen tersayang dan kami punya cara sendiri buat ngehibur diri kita sendiri. Gue emang nggak terbiasa sama acara-acara rame dan gue nggak pinter ngobrol. Gue menikmati waktu gue sendirian dan ngabisin waktu yang sangat sangat lama buat nyempurnain skill coding dan desain gue (walaupun nggak seberapa). Terima kasih telah menjadi seorang introvert!

Sebagai seseorang yang nggak punya banyak bakat dan bahkan bisa tersesat di pusat perbelanjaan, aku mungkin udah jadi gelandangan dan menggigil kedinginan, jika bukan karena seorang introvert yang ngebuat gue tetap di kursi. Introvert sangat pinter dalam mempelajari keterampilan dan bekerja pada pekerjaan teknis. Sebagai contoh, programmer dan desainer lebih cenderung untuk membenamkan diri dalam pekerjaan yang cenderung membuat orang ekstrovert menjadi gila.

Gue punya seorang temen yang pernah minta gue buat mengajarin dia cara ngedesain. Tapi berhadapan dengan semua latihan sketsa satu per satu, ia akhirnya memilih buat berbicara sendiri di cermin...

Ekstrovert lebih cocok untuk pekerjaan yang melibatkan bekerja dengan orang-orang kayak perdagangan, perdagangan, dan jurnalisme. Mereka bakal bersemangat, dan bahagia saat ngelakuin pekerjaan ini. Orang introvert bisa belajar menjadi ahli dalam interaksi sosial melalui praktik sebagai sosialisasi, seperti halnya keterampilan lain, dapat ditingkatkan dengan praktik - yah, dalam banyak kasus memang demikian. Namun, bahkan dengan keterampilan sosial yang lebih baik, jenis pekerjaannya masih bisa membuat para introvert ngerasa cemas, stres, dan kelelahan.

Menurut teori kepribadian, seseorang dilahirkan untuk menjadi ekstrovert atau introvert. Kepribadian hampir nggak berubah sepanjang hidup mereka. Orang yang ekstrovert dan introvert punya karakteristiknya sendiri, baik maupun buruk. Baik ekstrovert ataupun introvert bisa jadi pinter, populer, dan kreatif.

Memaksakan diri sendiri menjadi ekstrovert atau introvert hanya bisa menghasilkan hasil yang mengerikan. Ini sama kayak maksa kucing nikmatin mandi. Dan kayak gimana gue dulu maksa diri gue buat menjadi ekstrovert.

Adalah bijaksana untuk mengenal diri sendiri dan menerima siapa diri Lo dengan semua pengetahuan yang Lo miliki dan memanfaatkan sebaik-baiknya kepribadian Lo, untuk memiliki kehidupan yang lebih bahagia dan lebih mudah, dan untuk menjadi lebih bebaaaas!!!


Salam Nolep~😘